Selasa, 12 Maret 2013

Methadone


Kadek Rudi (bukan nama sebenarnya) yang berusia 25 tahun mengernyitkan dahi dan sedikit nyengir sesaat seusai meneguk segelas air sirup rasa jeruk. Kemudian ia mengunyah permen susu, disusul permen karet. “Rasanya bibir ini seperti tebal dan mulut menjadi kering. Makanya, setelah minum, mesti kunyah-kunyah permen karet ini,” katanya sambil terus mengunyah permennya.
Heran? Minum air sirup jeruk saja bisa membuat mulut serasa tidak enak. Ya, karena ini memang bukan air sirup biasa. Akan tetapi, sirup tersebut sengaja dicampurkan ke air atau cairan mengandung agonis opioid sintetik yang bekerja menghilangkan rasa nyeri dengan mengikat reseptor opioid pada sistem saraf. Rasa jeruk hanyalah siasat rasa tidak enak dimulut itu tersamar lebih nyaman saat diteguk. Ini yang disebut metadon yang efeknya mirip efek morfin.
Akan tetapi, jangan coba-coba mengicipi meski hanya setetes tanpa pengawasan dokter atau pendamping medis. Pasalnya, metadon masih dikhususkan untuk mereka yang ketergantungan narkotika melalui jarum suntik. Ya, dengan kata lain, metadon ini menjadi terapi mereka agar perlahan-lahan meninggalkan jarum suntik yang rentan terkena virus HIV/AIDS. Namun, ini masih alasan sementara program metadon berjalan. “Ke depannya mungkin bisa lebih meluas tidak hanya untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV/AIDS,” kata dr Nyoman Hanati SpKJ, Koordinator Program Terapi Rumatan Metadon di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, akhir pekan lalu.
Metadon merupakah salah satu cara atau jalan program pengurangan dampak buruk pada pengguna narkoba suntik. Saat ini metadon merupakan pilihan kedua yang digunakan para pengguna narkoba suntik (injecting drug users/IDU) setelah program layanan pertukaran program jarum suntik steril (LJSS) yang diperkenalkan sebelumnya. Program metadon termasuk dalam program subtitusi opiate yang masuk dalam terapi dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Peningkatan jumlah IDU yang relatif pesat dalam beberapa tahun terakhir sudah mencapai tahap memprihatinkan karena diikuti dengan masalah kesehatan dan sosial lainnya. Salah satu dampak buruk IDU adalah peningkatan kasus HIV/AIDS. Tren penularan virus HIV melalui narkoba suntik mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun. Laporan triwulanan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Juni tahun 2005 menunjukkan, data provinsi yang persentase IDU-nya besar secara urut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Bali memperkirakan, hingga pertengahan tahun 2007, jumlah pengidap HIV/AIDS di Bali mencapai kisaran 4.000 orang dengan kelompok IDU yang terus meningkat jumlahnya.
Melihat kecenderungan itu, program pengurangan dampak buruk narkoba suntik mutlak diperlukan. Salah satunya melalui terapi substitusi narkoba dengan metadon dalam sediaan cair dengan cara diminum. Metadon mempunyai khasiat sebagai suatu analgetik dan euforian karena bekerja pada reseptor opioid mu (), mirip dengan agonis opioid mu () yang lain, seperti morfin. Metadon merupakan suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan secara oral diserap dengan baik. Metadon juga dapat dikonsumsi melalui parerental (injeksi) dan reaktal (dimasukkan melalui anus). Efek metadon secara kualitatif mirip dengan efek morfin dan opioid lain. Misalnya, turunnya tekanan darah, konstriksi pupil, dan efek pada saluran cerna, yaitu memperlambat pengosongan lambung karena mengurangi motilitas. 

Methadone juga akan mengakibatkan kecanduan yang berlebihan lebih dari putau, karena ketergantungan atau sakau yang di timmbulkan oleh methadone lebih dari 3 minggu dari pada ketergantungan / sakau putau,, ketergantungan putau hanya 7 hari saja, jika ingin berhenti dari narkoba lebih baik jangan menggunakan air methadone, berhentilah secara alami, karena secara alami akan lebih baik dari pada menggunakan obat - obatan yang lain, boleh saja menggunakan air methadone tapi jangan mengkonsumsi terlalu banyak secukupnya saja.

Apa dampak putus methadone? Sebenarnya tidak akan terjadi gejala putus methadone bila sudah terjadi tapering off (penurunan perlahan secara bertahap) yang terjadual.



Gejala putus methadone dapat terjadi:

-          Disphorian seperti PMS

-          Emosional

-          Iritasi

-          Agresif/marah

-          Frustasi toleran yang rendah

-          Tidak mampu utnuk menghadapai tantangan
Apakah benar methadone menyebabkan gejala sakaw yang lebih hebat dari sakaw heroin? Sebenarnya gejala sakaw methadone jauh lebih ringan dibandingkan gejala sakaw morfin atau putaw, tetapi dapat berlangsung beberapa minggu dibandingkan dengan sakaw putaw hanya 5-7 hari. 


Jadi kesimpulannya jika kamu ingin melepaskan diri dari narkoba lebih baik  berhenti secara alami, sakaw putau paling hanya 1 minggu, dari pada menahan sakaw methadone bisa terjadi 3 - 4 minggu. semoga bisa bermanfaat terima kasih.